Asal Usul Punk

Oleh Rendra Fatrisna Kurniawan

 

Meski saat ini masyarakat lebih mengenal punk dari sisi fashion dan musik, namun sebenarnya punk bukanlah sekedar fashion dan musik saja. Punk lahir di awal tahun 1970-an di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead, skinhead sendiri yaitu salah satu subkultur yang juga lahir di London sekitar satu dekade sebelum punk. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mereka mempunyai semangat yang sama.

Berawal dari suatu generasi di Amerika dan Inggris inilah yang kemudian berkembang menjadi bervariasi di berbagai belahan dunia baik itu secara positif maupun negatif, tergantung dari pelakunya sendiri, sekaligus menjadi barang komersil yang laris di berbagai media.

Difinisi menurut kamus bahasa Inggris, punk bisa berarti tidak penting, tidak berguna, omong kosong, atau orang yang tidak berarti. Kita lupakan pengertian punk dalam kamus bahasa, punk sejatinya adalah perilaku yang lahir dari sifat melawan, tidak puas hati, marah, dan benci pada sesuatu yang tidak pada tempatnya, baik itu sosial, ekonomi, politik, budaya, bahkan juga agama, terutama terhadap tindakan yang menindas.

Para punker kemudian mewujudkan rasa itu ke dalam lirik-lirik lagu, musik dan penampilan fisik. Dengan kata lain, punk menyampaikan kritikan. Mereka hidup bebas namun tetap bertanggung jawab pada setiap pemikiran dan tindakannya. Maka dari itu, mereka menciptakan perlawanan yang hebat dengan realisasi musik, gaya hidup, komunitas, dan kebudayaan yang mereka bentuk sendiri.

Menurut Widya G (2010) kata punk pertama kali muncul dalam esai tahun 1970 berjudul The Punk Muse: The True Story of Protopathic Spiff Including the Lowdown on the Trouble-Making Five-Percent of America’s Youth yang ditulis oleh Nick Tosches di majalah Fusion. Nick menyebutkan musik punk sebagai tangisan sedih menuju jurang omong kosong. Jika dalam puisi, maka puisi itu dimuntahkan tanpa plot. Waktu itu, banyak bermunculan musik bawah tanah (underground) akibat kebosanan serta kegelisahan generasi muda Amerika kalangan menengah ke bawah. Beberapa group musik underground bermunculan di Amerika seperti di New York ada New York Dolls di Mercer Arts Center, lalu Ricard Hell, Television, The Ramones, The Dead Boys, Patti Smith, Rocket from the Tombs di BGB-OMFUG (Country, Bluegrass, Blues, and Other Music for Uplifting Gourmandizers). Sementara itu, di Detroit muncul band-band underground seperti The Electric Eels, Friction, dan Devo.

Mereka merasa bosan dengan konsepsi musik yang bersifat konvensional dan ingin menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada selama ini. Mereka juga gelisah dan bosan karena resesi ekonomi yang parah di Amerika sejak awal 1970-an, terjadinya krisis ekonomi yang sangat parah diikuti kemerosotan moral para tokoh politik, terjadi perang Vietnam berkepanjangan, dan kegagalan kebijakan ekonomi Presiden Ronald Reagan yang disebut Reaganomic.

Krisis yang terjadi demikian kompleks, krisis kepercayaan yang bahkan kemudian mengakibatkan hilangnya rasa percaya diri penduduknya dan kesulitan ekonomi yang khususnya sangat dirasakan masyarakat kalangan kelas ekonomi menengah ke bawah. Keadaan yang tak pasti tersebut mendorong untuk menciptakan sebuah identitas yang menunjukan keberadaan mereka.

Selanjutnya, sejak ulasan Nick Tosches, istilah punk semakin dikukuhkan untuk menyebutkan scene musik underground yang sebenarnya tidak sepenuhnya bergerak di bawah tanah. Semua tentang konsepsi punk pada masa itu menggambarkan segala sesuatu yang menantang, mengganggu, dan mengancam, yakni sesuatu yang menarik ke sisi yang lebih gelap.

Kedatangan punk sebagai sebuah budaya perlawanan atas kebosonan dan kegelisahan dalam masyarakat ditandai dengan poster yang disebarkan di kota New York berbunyi: Watch Out! Punk Is Coming!

Demikian pula ketika punk muncul di Inggris, negara itu sedang mengalami krisis ekonomi sehingga banyak masalah timbul seperti pengangguran yang parah, dan meningkatnya kekerasan di jalanan. Kondisi ini sangat terasa bagi kalangan kelas pekerja yang terpisah dari kehidupan sosial larena harus bekerja sepenuh waktu. Oleh karena itulah generasi muda di Inggris khususnya yang berasal dari kalangan kelas pekerja, menjadikan punk sebuah wadah yang mewakili suara mereka. Punk menjadi sebuah terobosan dalam hal kebebasan berbicara bagi kaum muda kelas bawah yang jarang memiliki suara, baik secara budaya maupun politik.

Dengan berlalunya waktu, punk Inggris berhasil mempengaruhi dunia musik dan merambah ke setiap budaya dominan hingga masa kini. Pencapaian itu menjadi bukti bahwa punk bukanlah sampah, bukan omong kosong, bukan orang tidak berarti. Dalam perjalanannya pada suatu kurun waktu, punk sempat berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock yang mapan. Oleh sebab itu, punk mencoba melihat dari sudut pandang lain dengan menciptakan lirik-lirik lagu berupa teriakan protes. Bukan hanya lirik tentang teriakan protes para demostran terhadap kejamnya dunia, melainkan juga menceritakan rasa frustasi, kemarahan, dan kejenuhan yang semuanya berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta tindakan represif aparat, pemerintah, dan figur penguasa terhadap rakyat.

Dandanan punk yang terlihat lusuh, kacau, nyeleneh, dan jauh dari kesan mapan pun melengkapi perwujudan dari protes mereka akan situasi dan kondisi yang terjadi. Akan tetapi, karena itu pulalah, tidak sedikit dari mereka yang tadinya tidak mapan secara materi begitu mendapatkan kemapanan justru merusak diri sendiri. Lingkungan baru di sekitar mereka telah mengubah mereka menjadi pribadi yang labil. Banyak dari mereka yang kemudian justru terperosok ke dalam pergaulan yang tidak sehat, terjerat narkoba, dan perilaku negatif lainnya sehingga akhirnya mengesampingkan tujuan semula.

Widya G (2010) berpendapat mungkin dari sinilah awal mula munculnya pandangan negatif masyarakat terhadap punk. Ibarat nila setitik, rusak susu sebelanga.
Bagaimana pun, setiap perjalanan atau kejadian selalu ada hikmah yang dapat kita petik. Berkaitan dengan punk, subkultur ini lahir dari ketidak berdayaan. Punk menunjukan kekuatan justru dengan bantuan kekuatan dominan yang jadi lawannya, yakni kaum kapitalis. Gaung punk bisa terdengar hingga ke seluruh dunia justru karena sokongan kaum kapitalis yang menganggap punk sebagai sebuah komoditi yang menguntungkan. Sementara dalam mencapai tujuannya tersebut, punker adalah seorang atau sekelompok orang yang gigih dan kreatif.

Seandainya masyarakat dan generasi muda mau menilik ideologi awal yang diusung oleh punk, maka mereka akan sadar bahwa telah terjadi kesalahan persepsi dan realisasi punk di dunia modern.