Sebelumnya aku tidak pernah semua percaya itu, akibatnya akupun sering bertengkar dengan Peter soal itu, aku tidak tahu kenapa dia sangat meyakini keberadaan mereka. Namun seharusnya aku tahu apa yang diyakini Peter itu benar. Kali ini mereka benar-benar datang.

Oleh

RENDRA FATRISNA K

Kami melangkah menelusuri gang-gang gelap di belakang Mal. “Film tadi benar-benar konyol,” aku tersenyum setuju dengan komentar Dick. “Terus terang aku menyukainya,” ucap Peter. “Kita sudah dua belas tahun Peter, film tadi lebih cocok untuk anak umur delapan tahun” sahutku. “Itukan film fiksi ilmiah, Dave” Peter membela pendapatnya. “Cerita makhluk angkasa luar kau sebut fiksi ilmiah?” tanyaku memojokkan Peter. “Kau lebih tepat menyebutnya kisah fantasi” tambahku.

Hei Dave, aku ingin tahu berapa nilai fisikamu?” Peter mencoba membalasku. “Jangan sok ilmiah!” hardikku dengan kesal. Dick menghentikan langkahnya lalu menatap kami. “Kalian bertengkar cuma soal sepele, jangan seperti anak kecil!”. Apa yang dikatakan Dick benar “sori,” kataku kemudian.

Kami bertiga kembali berjalan, kaleng-kaleng bekas coca-cola berserakan di sepanjang lorong. Mataku menyapu hamparan bintang di langit yang berkelap-kelip menghiasi malam. Tiba-tiba secercah sinar berkelebat melesat ke balik gedung di hadapan kami. “Hei! apa itu?” kedua temanku terpaku sama sepertiku, mereka tampaknya juga melihat benda itu.

Benda itu menuju ke belakang bangunan didepan kita!” Peter berseru. “Ayo kita kesana!” Dick memberi komando, kami segera berhambur ke arah turunnya benda aneh itu.

Kami mengendap-endap ketika sampai di tempat yang akan kami tuju, melewati bangunan baru yang belum selesai itu. Dan dari balik palang-palang besi kami melihatnya.

Sebuah benda dengan bentuk yang hampir menyerupai mangkuk sup, berkilauan seperti logam dengan beberapa pintu di sisinya. Kami ternganga tak percaya dengan apa yang kami lihat.

Tuan sok ilmiah, kau tahu apa itu?” aku berpaling pada Peter. “Tampaknya sebuah piring terbang”, jawabnya, tapi kali ini aku tak mendebatnya karena aku tahu apa yang dikatakannya itu tidak salah. Tiba-tiba pintu benda itu terbuka dan beberapa sosok tubuh yang tak kalah anehnya melangkah keluar. Tubuhnya seperti seekor gorila sedangkan kepalanya lebih menyerupai kadal dengan ekornya yang menjulur hampir satu meter. “Bagaimana OX, semua rencana telah siap?” salah satu makhluk itu berbicara dengan rekannya yang lain menggunakan bahasa kami.

Ssst, ayo sembunyi jangan sampai mereka melihat kita”, bisik Dick, kami segera merunduk ke balik tumpukan semen. “Semua telah siap OZ, begitu perintah datang maka penyerangan akan segera dilakukan. Kawan-kawan kita telah siap di 34 sektor penting di Bumi”, jawab makhluk yang dipanggil OX itu. “Benar sistim pertahanan Bumi sangat lemah”, makhluk yang ketiga ikut berbicara.

Mereka akan menyerang bumi”, bisik Peter. “Tak kusangka, mereka benar-benar ada”, gumanku. “Jangan lagi panggil aku tuan sok ilmiah, Dave”, Peter berbisik didekat telingaku, mungkin dia puas karena merasa menang dariku. “Kalian diamlah! kalau sampai mereka melihat kita, maka habislah kita”, kata Dick dengan berbisik pula. “Kita harus melaporkan ini kepada pihak polisi, para makhluk aneh itu benar-benar akan menyerang bumi”, ucap Peter. “Aku tahu, dan kita masih mencari kesempatan untuk itu” jawab Dick, masih berbisik. Kami kembali mengintai para makhluk asing itu, mencari kesempatan untuk meninggalkan tempat itu.

Ada satu hal yang aku kuatirkan”, kata makhluk keempat “Pangeran ZYN belum juga kembali hingga kini”, tambahnya. “Kau benar OD, kemana sebenarnya Pangeran ZYN?” tanya OX kepada makhluk keempat yang dipanggil OD itu.

Seratus dua puluh jam yang lalu, Pangeran ZYN menyusup ke Bumi menjelma menjadi salah satu makhluk Bumi. Beliau ingin menyelidiki pola kehidupan makhluk bumi”, jawab OD. “Pangeran ZYN sungguh cerdas. Dengan mengetahui pola kehidupan makhluk Bumi, akan lebih mudah usaha kita menguasai mereka”, OX berguman setuju.

Kami masih bersembunyi di balik tumpukan semen itu mendengarkan percakapan mereka. “Sungguh mengerikan, salah satu dari mereka menyamar menjadi makhluk Bumi”, komentar Dick. “Kakiku mulai terasa kram”, rintih Peter, dia bergerak ke samping dan tanpa sengaja kakinya menggulingkan sebuah kaleng cat. Kami terperanjat kaget, begitu pula para makhluk asing itu.

Suara apa itu?” seru makhluk yang sebelumnya disebut OZ. “Kita tidak sendiri, ada yang mengintai kita!”, OD berpaling ke arah kami, diikuti ketiga temannya. Dan mereka melihat kami. “Tangkap para makhluk bumi itu!” makhluk yang ketiga memberi komando.

Cepat lari! mereka mau menangkap kita!” sebelum kami sempat melarikan diri, makhluk-makhluk aneh itu melesat ke arah kami, detik berikutnya keempat makhluk asing itu telah mengepung kami. “Kalian pasti mata-mata! kalian harus kami tangkap!” salah satu dari mereka berseru.

Berikutnya OZ dan OX menyambar Peter dan Dick dengan ekor mereka, dan langsung mencengkeram kedua temanku yang telah mereka buat tak berdaya itu. Aku diam terpaku dengan ketakutan. Saat OD maju kehadapanku, aku tahu, aku tak akan sanggup melawan mereka.

Tiba-tiba OD membungkuk lalu berlutut memberi hormat kepadaku, diikuti ketiga makhluk asing lainnya. “Syukurlah, akhirnya anda kembali pangeran ZYN”, aku terkejut dengan semua itu dan aku benar-benar tak tahu apa maksud perkataan makhluk itu.

Apa maksudmu?, kenapa kalian memanggilku seperti itu?” aku tergagap-gagap tak mengerti. “Ada apa dengan diri anda Pangeran ZYN?, kenapa ingatan anda bisa hilang?” tanya OX. “Mungkin ini adalah efek samping dari alat yang anda gunakan untuk berubah wujud menjadi manusia itu, Pangeran”, kata OD kepadaku. Aku masih diam membisu, tak percaya dengan semua itu.

Dengan gerakan yang secepat kilat, OD melemparkan sesuatu ke arahku. Aku tak sempat lagi menghindar, aku tersentak ke belakang. Perlahan aku merasakan sesuatu pada tubuhku, yang membuatku bergetar hebat. Selanjutnya secara perlahan-lahan aku mulai merasakan perubahan pada diriku, dan ternyata aku benar-benar berubah menyerupai mereka. Secara perlahan pula ingatanku mulai pulih kembali. Dan aku mulai ingat segalanya, bahwa aku ternyata memang salah satu dari mereka.

Sementara kedua makhluk bumi yang sebelumnya kupanggil Peter dan Dick itu menatapku, seakan-akan tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Aku berpaling kepada para anak buahku lalu aku berseru lantang. ”Persiapkan segalanya, kita akan segera menyerang Bumi !!!.”

TAMAT

FRIGHT PAGES